Sabtu, 23 Maret 2013

memberhasilkan

Kemarin baru saja mendengar suatu istilah baru yang lumayan seru sebetulnya, "memberhasilkan". Sempat kefikiran, bahasa apa pula ini, atau istilah apa lagi ini, terasa asing dan agak dibuat-buat.

Setelah diamati, ada suatu pemaknaan yang mendalam sebetulnya, antara memberhasilkan dengan berhasil.

Berhasil merupakan statment akhir dari sebuah usaha, biasanya akan disandingkan dengan istilah gagal, tapi memberhasilkan adalah sebuah proses "agar supaya menjadi berhasil" -bahasanya keren bgt gag tuuhh-.

Memberhasilkan juga bukan merupakan satu entitas yang berdiri sendiri, tapi ia adalah satu entitas sendiri dari yang disebut usaha, kemudian harus didukung oleh entitas laiinnya sebagai penyeimbang agar selalu lurus dalam perencanaannya, yaitu doa.

Dari usaha dan doa ini terdapat satu hubungan vertikal dan horizontal, yang sebetulnya bermakna, perbuatlah sesuatu sekuatmu, semampumu, sekehendakmu, tapi ingat ada satu saris lurus ke atas tempat engkau menanbatkan seluruh harapmu, tempat dimana tumbuhnya nilai-nilai yang harus disepakati, kemudian menjadi rambu-rambu dalam berjalan di garis lurus mendatar, yaitu dalam hunungannya dengan sang pencipta, Alloh SWT.

Maka bila dikedua itu digabungkan, maka timbullah satu keseimbangan kokoh yang menjadikan kita dapat "memberhasilkan" setiap-setiap rencana yang akan dibuat, tentu dengan satu nilai lagi yang menjadi penambat yang paling kokoh, yaitu SABAR.

Doa ga putus-putus, usaha sudah jungkir balik, dan masih belum juga berhasil, maka nilai sabar yang menjadi penetral suasanannya. Bisa jadi memberhasilkan rencana itu belum bisa diwujudkan dalam waktu dekat, mungkin dalam waktu kedepan, Alloh "memberhasilah" setiap rencana yang dibuat.

Hanya kepada ALLOH lah kita berkehendak dan memohon semua pertolongan.

memaknai dinamika

Memaknai dinamika...


Ini tentang menghadapi dinamika hidup, tentang sulitnya menjaga konsistensi semangat dan arah yang sudah ditetapkan. Kadang kesulitan hidup begitu menjatuhkan, atau bahkan kesenangan seringkali membuaikan hingga dibuat lalai dengan hal-hal yang tidak pernah penting.

Gagal berencana, maka berencana untuk gagal. Seringkali kalimat itu terlintas dalam pikiran kita, karna hidup itu dasarnya adalah  rentetan rencana-rencana yang dibuat, kadang berhasil, kadang gagal. Adakalanya kita diketemukan dengan kejutan-kejutan, yang kadang kadang begitu menyenangkan, namun seringkali kejutan itu begitu dalam dan menyakitkan.

Bilamana kita menghadapi kejutan baik dan menyenangkan, sudahlah pasti kita mudah menerima dan menghadapinya, tapi, bila kejutan itu begitu dalam dan merupakan kejutan yang tidaklah menyenangkan, seringkali kita menjadi sulit dan terpuruk, bahkan menjadi susah untuk bangkit, atau minimal, bahasa anak muda sekarang, kita menajdi galau kasinau indrau.

Hal utama ketika kita menghadapi kesulitan dan kejutan buruk adalah bagaimana kita mengokohkan sandaran kita, mengokohkan tempat menggantung seluruh harapan kita, atau kerennya, seberapa dekat engkau dengan pencipta mu, Alloh SWT. Ketika hubungan kita kuat dengan Tuhan kita, maka seberat apapun kesulitan itu, kita akan tetap stabil dan tidak terpuruk, karna adanya keyakinan kuat dalam diri kita, bahwa segala sesuatunya merupakan hal yang terbaik buat kita sebagai hambaNya menurut carapandang Nya, bukan cara pandang kita.

Hal kedua, yang juga penting jika kita menghadapi kesulitan adalah, banyakin teman yang baik-baik akhlaknya, karna ia akan menjadi sparing partner terbaik dalam menuntaskan masalah dan memberikan masukan jitu buat kita.

Karna hidup ini buka untuk dipusingin, tapi untuk dijalanin, mau susah mau asik, mau enak mau ga enak, nikmatin aja setiap warnanya, setiap dinamikanya, karna memang ini hidup kita bukan hidup mereka, sambil nyanyi-nyanyi kecil

Biarkan ku mengikuti suara dalam hati

Yang slalu membunyikan cintaaaa

Kupercaya dan kuyakini bisikan nurani

Menjadi penunjuk jalanku lentera jiwaku...



Atau mungkin pernah denger lagu planet bumi:



Ku langkahkan kakiku melewati waktu

Bersama bunga indah ditaman itu

Yang slalu menemani mimpi-mimpi ini

Didalam hati dan dalam jiwaku



Jalani, nikmati... Manstaaabbbb



#dalamperenungansukadukapekerjaan

Selasa, 15 Januari 2013

Hujan Yang Menyapa Kami Pagi Ini

Hujan pagi ini telah mengajarkan kepadaku banyak hal. Aku belajar banyak tentang kesabaran, tentang perjuangan, tentang bagaimana mengelola bumi ini, sehingga tetap bisa berdampingan dengan kita, manusia, yang setia setiap waktunya menggerogoti isi perut alam ini.

Ada cerita yang menarik yang pagi ini aku alami, cerita tentang anak sekolah dasar yang berjuang untuk sampai sekolahnya. Seorang anak yang tidak lagi menghiraukan derasnya hujan yang menyapa kami dipagi hari. Aku melihat sebuah kesungguhandari sebuah artinya kesabaran, derasnya hujan, cipratan-cipratan air pinggir jalan, sama sekali tak menyurutkan langkahnya untuk sampai disekolah. Ketika terus kuamati, dipinggir jalan yang sedikit berlubang, hampir saja anak ini terjatuh terjerembab, tapi itu tadi yang ingin ku sampaikan, tidaklah ada patah semangat pada anak ini, untuk terus melanjutkan perjalanannya untuk sampai disekolah dengan selamat.

Ketika kupacu sepeda motor kesayangan, sampailah aku disebuah jembatan yang telah digenangi air yang meninggi. Ada sedikit rasa ciut pastinya, ketika melihat tingginya genangan air yang menutupi jalan, disitu pula kami melihat, banyak pengendara motor seperti kami, yang tetap saja berani memacu motornya untuk melintasi genangan air ini, tapi apa daya, untungpun tak sampai, ditengah perjalanan, motornya pun terhenti, disisa-sisa perjalannya ia pun tetap semangat untuk menuntun motor kesayangannya melintasi genangan air ini. Disinipun aku melihat sebuah arti dari perjuangan, berjuang untuk sampai ditempat kerja tanpa terlambat.

Dipagi inipun,kami kembali belajar tentang arti sabar dan perjuangan, bisa jadi derasnya hujan, membuat perjalanan menjadi begitu membosankan, karna arus lalulitas yang melambat, karna jalanan yang tersendat, bisa jadi, basahnya pakaian, dinginnya keadaan, membuat kita mengambil langkah yang tidak biasa, kita bisa jadi malah malas, atau kita mengundurkan kembali niatan kita untuk mencapai sebuah tujuan.

Disini kami belajar, bahwa halangan-halangan yang ada, tidak sedikitpun menyurutkan langkah kami, langkah mereka yang terbuka, karna bukan seberapa kuat hujan itu menyapa, seberapa tinggi genangan air itu menutupi jalan, ataupun seberapa dinginnya hari, tetapi yang kami yakini, jika sudah tertanam niat yang baik, jika sudah ada kesamaan tekad yang kuat, maka halangan itu semua, akan mudah saja dilewati dan dilalui. Tentu saja, bukan karna kita, tapi karna ada Alloh bersama kita, dalam setiap langkah kita, dalam setiap helaan nafas kita, dalam seluruh tujuan hidup kita.


Minggu, 13 Januari 2013

bahasa pergaulan

Keterhubungan kita dengan yang lainnya, dasarnya adalah bahwa kita manusia mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri dimuka bumi ini. Nabi adam pun ketika diturunkan kemuka bumi, tidak dibiarkan berlama-lama dalam ketersendiriannya, ia kemudian dipertemukan dengan tulang rusuknya yang lama terpisah.

Karna hal seperti itulah, hubungandengan sesama perlu sangat dijaga keterikatannya. Seorang perokok biasanya akan dengan sukarela menawarkan sebatang rokoknya untuk dinikmati oleh orang sebelahnya, biasanya sebagai pembuka percakapan, biar ada celah untuk mencairkan, begitu biasa dibahasakan.

Saya sangat tertarik dengan istilah merokok merupakan bahasa pergaulan, ketertarikan pertama ialah, siapa yang membuat istilah tersebut, yang kedua, emang cuma rokok yang dijadikan bahan untuk membuka pergaulan, apa tidak bisa, misalnya permen, atau kacang goreng dijadikanbahan untuk mencairkan suasana.

Yang menjadi masalah adalah, bukan bahasa pergaulannya , tapi kenapa rokok yang dijadikan alat utamanya. Saya tidak akan juga membahasa bahaya rokok serta kandungan empat ribu racun yang ada didalamnya, tapi yang ingin dibahas adalah,kenapa kok rokok yang jelas-jelas beracun dibagi dengan mudah keorang lain, dan kenapa juga orang lain itu mau aja dikasih atau minta racun yang jelas-jelas berakibat buruk bagikesehatannya.

Itulah dunia kita sekarang, seringkebalik antara kebaikan yang kadang dibilang ga baik atau malah keburukan yang dianggap tidak buruk. Biasanya sih tinggal kita, mau seperti apa, dan mau milih yang bagai mana.


Sabtu, 05 Januari 2013

Tidakkah kau cukupkan

Terlihat asik sekali ketika ia berjalan, terasa teramat gagah jika tak ingin dibilang terlampau seksi, aroma parfumnya wuuiihh begitu menusuk hidung siapa saja yang bersua, dengan sepatu berhak tingginya, berjalan seakan wibawa, belum lagi dengan riasan yang terlihat begitu tebal, yang jika dikatakan, lalatpun akan terpeleset jika hinggap diwajahnya.

Disisi sebelahnya, tampak pula para laki-laki melihatnya penuh kekaguman, (jika tidak ingin dikatakan nafsu), terlihat gelora syahwat yang muncul kepermukaan, seakan susah untuk dikedipkan pandangan, seakan rugi jika terlewat barang sebentar.

Lupakah engkau kawan , pada Firman Tuhan kepada kita,:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kehormatannya; janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak padanya. Wajib atas mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (QS an-Nur [24]: 31).

Lupakah kita dengan Firman Tuhan itu, yang mengaruskan kita menjaga pandangan dan memelihara kehormatan. Apalagi yang akan engkau bawa, yang akan engkau beroleh kecuali kehormatan diri yang sesungguhnya.

Lupakah engkau tentang harkat yang telah begitu melekat lama didalam dirimu, bahwa engkaulah para pendidik generasi, generasi yang akan mengantikan generasi kini, engkaulah dimana ditumbuhkannya tunas kehidupan selanjutnya, maka begitu perananmu begitu berharganya, dikatakan bahwa generasi itu baik, apabila ibu-ibu mereka juga baik akhlaknya.

Namun kami tentu tidaklah lupa, bahwa telah dipesankan juga kepada kami oleh Sang pembawa Risalah, bahwa engkaulah fitnah terbesar sepeninggalnya, karna begitu mudahnya dirimu terguncang, oleh manis-manis kata serta oleh gemerlap dunia. najmudin.

Tidakkah kau cukupkan pakaianmu wahai sahabat, engkau cukupkan sampai pada bagian yang seharusnya, tidak pulalah engkau perlu perlihatkan kepada orang lain, yang bukan kepada mereka engkau harusnya menunjukkan. Cukupkanlah dirimu wahai sahabat, cukupkanlah pandanganmu pada yang seharusnya, cukupkanlah bicaramu pada yang sewajarnya, dan tetaplah berjalan pada jalan yang seharusnya.

Manis-manis kata adalah pemanis dunia, germerlap dunia ini tidaklah seberapa, cukupkanlah kita, sehingga sampai pada tujuan yang seharusnya, Jannah dari Tuhan pencipta alam semesta, Alloh SWT. 

Sabtu, 15 Desember 2012

Mencintai dengan sederhana

Bapak itu, terlihat masih begitu hangat dan bersahabat, terlihat tua, dari keriput yang membalut dirinya, dan rambut putih yang menghiasi kepalanya. Disampingnya, ada seorang ibu, yang terlihat sama tuanya, mereka masih tetap terlihat hangat dan rapat, terlihat jelas adanya ketulusan mereka diantara duanya. Hangat, dan memberikan pencerahan yang luar biasa.

Adapula, anak muda, yang hari-harinya terlihat kacau, karna selalu saja timbul masalah didalamkerluarganya, masalah sepele seringkali menjadi pemicu tanpa sebab, terlihat miris hati ini melihatnya, begitu, terus saja, sampai pada akhir yang tidak diharapkan.

Apa sebegitu rumitkan cinta, sebegitu kuatkah pengaruhnya, sampai banyak melampauii keterbatasan kita sebagai manusia.

Tidaklah patut bila cinta itu menjadi bencana, menjadi siksa dunia, perusak moral dan adab sesungguhnya, karna cinta itu adalah cinta, ia yang tumbuh dari suatu yang memang sudah ada, yang telah Alloh getarkan dalam hati manusia, semua, tanpa dibatas-batasi dan tanpa kecuali.

Sepatutnya cinta menjadi pelembut jiwa, pelembut bagi hati-hati yang keras dan batu, penjinak bagi nafsu-nafsu yang tak dapat dilekang. Tidak patut pulalah seorang muda, yang masih mempunyai semangat membara, meneguhkan egonya demi yang dikatakan cinta, untuk menguasai satu dengan lainnya.

Karna hakikatnya cinta ialah memberi, ia memberikan rasa, ia memberika harapan, ia memberikan ketenangan, dan itu teramat sederhana.

Tak usahlah ia dibumbui dengan ketegangan, nafsu untuk menguasai, dan keinginan untuk terus diperhatikan, karna ia teramat sederhana, bagi yang menyederhanakan.

Tak pulalah ia ditakuti oleh perbedaan keturunan, ketimpangan harta benda, ataupun masalah fisik yang tak ada habisnya, tetapkanlah ia sewajarnya, asalah masih dalam irama yang sama, maka tetapkanlah ia, dan jangan diperlama.

Karna mencintai itu sederhana.

Kamis, 08 November 2012

Bakaco diri


Masih saja sibuk dalam rutinitas tanpa batas
Banyak hal-hal tertinggal perlahan,
Padahal itu merupakan kerikil-kerikil penguat bangunan,
ketika dia rapuh, maka lambat laun pasti akan juga merapuhkan seluruh bangunan

Seakan lupa pada gegap gempitanya masa
Masa yang akan meneggelamkan masa sebelumnya
Bagi dia yang tidak bersiap sedia,
Mensingsingkan lengan baju untuk selalu berbuat terbaik bagi dia dan sekitarnya

Ingat lah ia, kawan, tetangga sebelamu mungkin
Yang hari ini bekerja, untuk makan hari ini
Jika tidak bekerja, bisa jadi tidak mengepul asap dapur rumah tangga
Sementara aku, masih saja bisa menyerumput kopi malam-malam, bersenda gurau tanpa tujuan yang berarti

Karna masa itu datang cuma  sekali
tak akan kembali, bisa jadi kembali dalam saluran dan gelombang yang jauh berbeda
Akan kurapikan kembali rasanya, kerikil yang terlanjur terserak
karna ia penguat bangunan ini, pengokoh dari segala guncangan-guncangan hakiki

Jika bukan mu, mungkin akan ada orang lain nanti
yang lebih baik, dan lebih gesit diujung dunia kini
yang akan mengganti peran-peran orang yang sudah tak kuat dan tak kuasa dalam kelalaiannya
dan tinggallah jari digigit sebagai penyesalan terakhirnya.