Sabtu, 15 Desember 2012

Mencintai dengan sederhana

Bapak itu, terlihat masih begitu hangat dan bersahabat, terlihat tua, dari keriput yang membalut dirinya, dan rambut putih yang menghiasi kepalanya. Disampingnya, ada seorang ibu, yang terlihat sama tuanya, mereka masih tetap terlihat hangat dan rapat, terlihat jelas adanya ketulusan mereka diantara duanya. Hangat, dan memberikan pencerahan yang luar biasa.

Adapula, anak muda, yang hari-harinya terlihat kacau, karna selalu saja timbul masalah didalamkerluarganya, masalah sepele seringkali menjadi pemicu tanpa sebab, terlihat miris hati ini melihatnya, begitu, terus saja, sampai pada akhir yang tidak diharapkan.

Apa sebegitu rumitkan cinta, sebegitu kuatkah pengaruhnya, sampai banyak melampauii keterbatasan kita sebagai manusia.

Tidaklah patut bila cinta itu menjadi bencana, menjadi siksa dunia, perusak moral dan adab sesungguhnya, karna cinta itu adalah cinta, ia yang tumbuh dari suatu yang memang sudah ada, yang telah Alloh getarkan dalam hati manusia, semua, tanpa dibatas-batasi dan tanpa kecuali.

Sepatutnya cinta menjadi pelembut jiwa, pelembut bagi hati-hati yang keras dan batu, penjinak bagi nafsu-nafsu yang tak dapat dilekang. Tidak patut pulalah seorang muda, yang masih mempunyai semangat membara, meneguhkan egonya demi yang dikatakan cinta, untuk menguasai satu dengan lainnya.

Karna hakikatnya cinta ialah memberi, ia memberikan rasa, ia memberika harapan, ia memberikan ketenangan, dan itu teramat sederhana.

Tak usahlah ia dibumbui dengan ketegangan, nafsu untuk menguasai, dan keinginan untuk terus diperhatikan, karna ia teramat sederhana, bagi yang menyederhanakan.

Tak pulalah ia ditakuti oleh perbedaan keturunan, ketimpangan harta benda, ataupun masalah fisik yang tak ada habisnya, tetapkanlah ia sewajarnya, asalah masih dalam irama yang sama, maka tetapkanlah ia, dan jangan diperlama.

Karna mencintai itu sederhana.